Kamis, 03 Januari 2013

ANDROGOGI


PENDIDIKAN ORANG DEWASA


Oleh  :   Sailan, SP, M.Si
KJF BP4K Kabupaten Bengkulu Tengah
dan Pembina P4S Cita Laksana Mandiri

Perubahan inovasi, mobilitas penduduk, politik, ekonomi, sosial, dan lainnya sangatlah cepat terjadi

Perubahan tersebut dapat mengakibatkan pengetahuan yang diperoleh seseorang pada umur 20 tahunan akan usang setelah dia berumur lebih dari 40 tahun

Transmisi pengetahuan telah berubah menjadi suatu proses penemuan sepanjang hayat terhadap apa yang dibutuhkan untuk diketahui

Pendidikan orang dewasa (androgogi) merupakan suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar

Asumsi dan Implikasi Pendidikan Orang Dewasa
1.      Konsep diri
2.      Pengalaman
3.      Kesiapan untuk belajar
4.      Orientasi terhadap belajar

1.      Konsep Diri Orang Dewasa

Seorang anak selalu tergantung kepada orang lain dan bahkan semua kehidupannya diatur oleh orang dewasa

Setelah beranjak dewasa sifat ketergantungan kepada orang lain akan menurun, kesadarannya akan tumbuh, dan merasa dapat mengambil keputusan untuk dirinya sendiri

Secara psikologis seseorang tersebut dikatakan sudah dewasa, karena dia memandang bahwa dirinya sudah mampu sepenuhnya mengatur dirinya sendiri
Oleh karena itu orang dewasa memerlukan perlakuan yang sifatnya “menghargai” khususnya dalam pengambilan keputusan

Mereka akan menolak bila diperlakukan seperti anak-anak, menolak suatu situasi belajar yang kondisinya bertentangan dengan konsep diri mereka sebagai pribadi yang mandiri

Orang dewasa belajar perlu penghargaan agar mereka mau melibatkan dirinya secara mendalam dalam belajar

Implikasi yang harus dilakukan

1.      Menciptakan iklim belajar sesuai dengan keadaan orang dewasa
2.      Peserta belajar perlu dilibatkan dalam mendiagnose kebutuhan belajarnya
3.      Peserta dilibatkan dalan perencanaan belajar
4.      Proses belajar adalah tanggungjawab bersama anatara fasilitator dan peserta
5.      Evaluasi belajar menekankan cara evaluasi diri sendiri

2.      Pengalaman

Setiap orang dewasa mempunyai pengalaman berbeda dengan orang lainnya, karena latar belakang kehidupan masa mudanya

Semakin lama mereka hidup, pengalamannya semakin banyak dan makin berbeda pula pengalamannnya dengan orang lainnya

Pengalaman orang dewasa merupakan bagian yang terpadu dengan dirinya (mereka merumuskan siapa dirinya dan menciptakan identitas dirinya atas dasar seperangkat pengalamannya yang unik)

Konsekuensi Belajar Orang Dewasa

1. Orang dewasa mempunyai kesempatan lebih mengkontribusikan proses belajar orang lain, karena mereka sumber belajar yang kaya

2. Orang dewasa mempunyai dasar pengalaman lebih kaya berkaitan dengan pengalaman baru (belajar yang baru cenderung mengambil makna dari pengalaman yang lama)
3. Orang dewasa mempunyai pola pikir dan kebiasaan yang pasti, karena itu mereka kurang terbuka

Implikasi Pengalaman Orang Dewasa

1. Proses belajar orang dewasa lebih ditekankan kepada teknik yang sifatnya menyadap pengalaman mereka (kelompok diskusi, metode kasus, metode insiden, bimbingan konsultatif, demonstrasi, seminar, konferensi kerja)

Semakin aktif mereka belajar, maka semakin banyak pula terjadi belajar pada diri mereka

2. Penekanan proses belajar pada aplikasi praktis (pengenalan konsep baru dijelaskan melalui pengalaman kehidupan peserta didik sendiri dan bagaimana mereka mengaplikasikan hasil belajar itu dalam kehidupan sehari-hari)

3. Penekanan dalam proses belajar adalah belajar dari pengalaman
- secara universal belajar memikul tanggungjawab terhadap belajarnya sendiri melalui penemuan sendiri tanpa diarahkan orang lain
-  atau belajar bersama dengan pertolongan kawannya dan bukan berkompetisi dengan mereka
- Bagaimana belajar dengan menganalisis pengalamannya sendiri

3. Kesiapan untuk Belajar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dewasa mempunyai masa kesiapan untuk belajar karena peranan sosialnya

Tiaga fase masa dewasa (masa dewasa awal umur 18 – 30 tahun, masa dewasa pertengahan umur 30 – 55 tahun, dan masa dewasa akhir umur > 55 tahun)

Peranan sosial orang dewasa (pekerja, kawan, orang tua, kepala rumah tangga, anak dari orang tua, warga Negara, anggota organisasi, kawan sekerja, anggota keagamaan, dan pemakai waktu luang)

Penampilan orang dewasa melaksanakan peranan sosialnya berubah sejalan perubahan ketiga fase masa dewasa dan mengakibatkan perubahan kesiapan belajar mereka

Contoh : 
-          Seorang petani padi sawah, maka tugas perkembangn pertama adalah memperoleh teknologi padi sawah. 

-          Pada saat itu ia sudah siap untuk belajar teknologi padi sawah, tetapi dia belum siap untuk belajar mengenai kelapa sawit

-          Setelah dia turun ke sawah dihadapkan untuk menguasai kemampuan teknologi padi sawah, karena itu dia siap belajar keterampilan khusus yang diperlukannya untuk ukuran baku pekerjaannya

-          Setelah teknologi padi sawah benar-benar dikuasainya selanjutnya ia ingin meniti karir yang lebih tinggi

-          Sekarang ia telah siap untuk belajar menjadi seorang kontak tani dan pengusaha

-          Pada puncak karirnya ia menghadapi tugas untuk mengakhiri perannya sebagai petani padi sawah, dan sekarang ia siap untuk belajar mengenai masa pensiun atau mengganti pekerjaan

Implikasi dari Pengalaman Orang Dewasa

1.   Urutan kurikulum proses belajar disusun berdasarkan tugas perkembangannya bukan berdasarkan urutan logik mata pelajaran atau berdasarkan kebutuhan kelembagaan

2. Adanya konsep mengenai tugas-tugas perkembangan pada orang dewasa akan memberikan petunjuk dalam proses belajar kelompok (kelompok homogen lebih efektif), untuk tugas bekerjasama (kelompok heterogen akan lebih efektif)

4. Orientasi terhadap Belajar Orang Dewasa

Orang dewasa cenderung mempunyai perspektif untuk secepatnya mengaplikasikan yang dipelajarinya

Mereka belajar karena ada respon terhadap apa yang dirasakan dalam kehidupannya sekarang
Karena itu pendidikan orang dewasa dipandang sebagai suatu proses untuk meningkatkan kemampuannya dalam memecahkan masalah hidup yang mereka alami

Implikasi Orientasi terhadap Belajar Orang Dewasa

1.  Para penyuluh bukanlah berperan sebagai seorang guru yang memeberikan pelajaran kepada orang dewasa, tetapi berperan sebagai pemberi bantuan kepada orang yang belajar

2. Kurikulum berorientasi pada masalah, bukan kepada mata pelajaran tertentu

3. Pengalaman belajar yang dirancang berdasarkan masalah atau perhatian yang ada pada benak mereka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar