Selasa, 18 Desember 2012

MENGATASI KERACUNAN BESI PADA LAHAN SAWAH


MENGATASI KERACUNAN BESI
DI LAHAN SAWAH

Oleh  :   Sailan, SP, M.Si
KJF BP4K Kabupaten Bengkulu Tengah

Gejala keracunan besi pada padi sawah di Sri lanka disebut bronzing (merah tembaga), di Filipina disebut yellowing (kekuningan), di Malaysia disebut penyakit merah, sedangkan di Jepang disebut akagare I dan II.  Di Indonesia ada yang menyebutnya  dengan nama mentek (penyakit merah), mutut (terhambatnya perkembangan daun bendera), dan petani Banjar menyebutnya sebagai penyakit  habang.

Tanaman padi yang mengalami keracunan besi dapat dijumpai hampir seluruh Negara penghasil padi di dunia, terutama di Asia Tenggara.  Gejala keracunan besi pertama kali di Indonesia dilaporkan keberadaannya  Cihea Jawa Barat.

Penyabab keracunan besi sangat beragam, tidak hanya ditentukan oleh faktor tanah (pH, kadar besi yang tinggi, kahat hara dan tidak seimbangnya hara tanah), tetapi juga dapat disebabkan oleh keadaan air irigasi dan lokasi.  Karena itu keracunan besi dapat diatasi dengan berbagai cara (perbaikan saluran drainase, pemberian kapur, pemupukan K (KCl dan abu sekam), pupuk P, pupuk organic, dan penggunaan varietas toleran.

Gejala Keracunan Besi pada Tanaman Padi

Terbentuknya bintik-bintik kecoklatan pada ujung daun tua, kemudian berkembang menjadi merah kecoklatan, oranye, atau kekuningan pada seluruh daun yang kemudian menjadi kering dan menggulung.

Perakaran tanaman pendek, kasar, dan berwarna kecoklatan serta dalam keadaan yang parah, akar tanaman membusuk.

Gejala timbul pada fase pertumbuhan tanaman, tetapi pada umumnya pada saat berbunga dan keluar malai.

Penyebab dan Masalah Keracunan Besi

1. Kelebihan serapan besi (> 300 ppm) oleh tanaman. 

Penyebabnya beragam (lingkungan fisik dan kimia tanah yang tidak menguntungkan, pH tanah rendah, tingginya kadar larut Fe ++ , dan peranan Kalium.

2. Stres hara ganda/multiple nutritional stress

Kahar P, K, Ca, dan Zn yang mengakibatkan lemahnya system perakaran tanaman sehingga Fe secara otomatis terserap oleh tanaman.

3. Buruknya drainase.

Lokasi yang berdrainase buruk terdapat di daerah cekungan dengan permeabilitas tanah yang rendah dan tingginya kadar besi aktif  di tanah yang potensial

4. Kadar Kalium dan silikat pada Jaringan tanaman rendah

Oleh karena itu tanaman rentan terhadap penyakit dan tanaman keracunan besi mudah tertular penyakit bercak coklat.

Upaya Pengendalian Keracunan Besi

1. Pemupukan dengan Kalium

Pupuk Kalium secara konsisten meningkatkan hasil padi dan mengatasi keracunan besi.  Sedangkan pupuk P tidak tanggap mengatasi keracunan besi, walaupun P dapat meningkatkan hasil tanaman padi.

Jika tanaman tanggap terhadap pupuk K, maka tanggapannya akan berkurang terhadap pupuk P.

Aplikasi pupuk K 30 HST (top dressing) atau diberikan 2 sampai 3 kali akan meningkatkan hasil tanaman padi.  Hal ini menunjukkan bahwa efesiensi pemupukan K dapat ditingkatkan.

2. Pemberian pupuk berimbang (NPK)

Jika pupuk diberikan secara berimbang atau lengkap, maka akan meningkatkan hasil 2 kali lipat dibandingkan dengan hanya memberikan pupuk  N dan P saja.

Hal ini menunjukkan bahwa keseimbangan hara, terutama N dan K sangat diperlukan  guna mengatasi munculnya gejala keracunan besi. 

Walaupun demikian pemberian pupuk N yang tinggi akan merangsang munculnya keracunan besi.  Oleh karena itu, nutrisi K selalu berhubungan dengan suplai dari  N dan efesiensi penggunaan N berhubungan erat dengan pupuk K.

3. Varietas Padi yang Toleran

Varietas Kapuas lebih toleran dari IR 64 terhadap keracunan besi.  Penggunaan  varietas toleran merupakan suplemen dan salah satu  alternative untuk mengatasi keracunan besi terutama di tanah sulfat masam.

4. Pengeringan Lahan dan Pemberian pupuk K

Gejala keracunan besi tampak jelas ketika tanaman dalam fase pertumbuhan anakan aktif dan saat bunting atau keluar malai.  Oleh karena itu, pada fase tersebut dapat diupayakan dengan cara pengeringan lahan dan pemberian pupuk K

Minimal pengeringan lahan dilakukan 2 kali (umur 30 dan 60 HST), hal ini dapat mencegah keracunan besi yang sekaligus akan meningkatkan hasil padi.

5. Penggunaan Bahan Organik

Pupuk organic dari kotoran ayam lebih baik dari bahan organic lainnya.  Walaupun demikian kotoran hewan lebih baik dibandingkan dengan pupuk hijau atau sisa tanaman.

Kotoran ayam mengandung P dan K yang lebih tinggi dibanding bahan organic lainnya.

Efesiensi pemberian pupuk K meningkat dengan pemberian pupuk organic.  Bahan organic akan menggantikan peranan pupuk K pada tanah keracunan besi di lahan sawah.

Pemberian bahan organic tanpa pupuk K  hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian pupuk K tanpa bahan organic.

Bahan organic akan  memberikan daya pegang tanah terhadap hara yang diberikan, terutama K yang mudah tercuci dan akan merangsang pertumbuhan akar rambut serta meningkatkan kemampuan mekanisme penolakan Fe. 

Selain itu, bahan organic mempercepat reduksi tanah dan meningkatkan populasi mikroba pereduksi dan penumpukan Fe ++ (serapan Fe menjadi rendah).

Kesimpulan :

1. Keracunan besi pada padi sawah karena tingginya fungsi serapan Fe ++  yang dirangsang oleh kahat K dan cukup tingginya kadar besi pada air tanah

2. Pemberian pupuk K yang tepat (jumlah dan waktu) dapat mengatasi keracunan besi dan meningkatkan hasil padi

3. Pemberian pupuk K 100 – 150 kg K2O/ha dapat meningkatkan hasil 2 kali lipat dibandingkan hanya memberikan N dan P

4. Pupuk P (135 kg P2O5/ha) tidak dapat mengatasi keracunan besi, tetapi dapat meningkatkan hasil padi pada sawah keracunan besi

5. Manipulasi pengeringan dan penggenangan lahan sawah (drainase) dan penggunaan varietas toleran dapat menekan keracunan besi dan meningkatkan hasil padi

6. Penggunaan bahan organic meningkatkan hasil padi yang ditanam di lahan sawah keracunan besi dan dengan adanya bahan organic, maka penggunaan pupuk K akan lebih efisien. 

7. Bahan organic kotoran ayam lebih efektif mengendalikan keracunan besi dibandingkan bahan organic lainnya

8.  Bahan organic kotoran hewan lebih baik dibandingkan pupuk hijau dan sisa tanaman untuk mencegah keracunan besi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar