DI LAHAN SAWAH
Oleh : Sailan, SP, M.Si
KJF BP4K Kabupaten Bengkulu Tengah
Gejala keracunan
besi pada padi sawah di Sri lanka disebut bronzing
(merah tembaga), di Filipina disebut yellowing
(kekuningan), di Malaysia disebut penyakit merah, sedangkan di Jepang disebut akagare I dan II. Di Indonesia ada yang menyebutnya dengan nama mentek (penyakit merah), mutut
(terhambatnya perkembangan daun bendera), dan petani Banjar menyebutnya
sebagai penyakit habang.
Tanaman padi
yang mengalami keracunan besi dapat dijumpai hampir seluruh Negara penghasil
padi di dunia, terutama di Asia Tenggara.
Gejala keracunan besi pertama kali di Indonesia dilaporkan
keberadaannya Cihea Jawa Barat.
Penyabab keracunan
besi sangat beragam, tidak hanya ditentukan oleh faktor tanah (pH, kadar besi
yang tinggi, kahat hara dan tidak seimbangnya hara tanah), tetapi juga dapat
disebabkan oleh keadaan air irigasi dan lokasi.
Karena itu keracunan besi dapat diatasi dengan berbagai cara (perbaikan
saluran drainase, pemberian kapur, pemupukan K (KCl dan abu sekam), pupuk P,
pupuk organic, dan penggunaan varietas toleran.
Gejala
Keracunan Besi pada Tanaman Padi
Terbentuknya
bintik-bintik kecoklatan pada ujung daun tua, kemudian berkembang menjadi merah
kecoklatan, oranye, atau kekuningan pada seluruh daun yang kemudian menjadi
kering dan menggulung.
Perakaran
tanaman pendek, kasar, dan berwarna kecoklatan serta dalam keadaan yang parah,
akar tanaman membusuk.
Gejala timbul
pada fase pertumbuhan tanaman, tetapi pada umumnya pada saat berbunga dan
keluar malai.
Penyebab
dan Masalah Keracunan Besi
1. Kelebihan serapan besi (> 300 ppm)
oleh tanaman.
Penyebabnya
beragam (lingkungan fisik dan kimia tanah yang tidak menguntungkan, pH tanah
rendah, tingginya kadar larut Fe ++ , dan peranan Kalium.
2. Stres hara ganda/multiple nutritional stress
Kahar
P, K, Ca, dan Zn yang mengakibatkan lemahnya system perakaran tanaman sehingga
Fe secara otomatis terserap oleh tanaman.
3. Buruknya drainase.
Lokasi
yang berdrainase buruk terdapat di daerah cekungan dengan permeabilitas tanah
yang rendah dan tingginya kadar besi aktif
di tanah yang potensial
4. Kadar Kalium dan silikat pada
Jaringan tanaman rendah
Oleh
karena itu tanaman rentan terhadap penyakit dan tanaman keracunan besi mudah
tertular penyakit bercak coklat.
Upaya
Pengendalian Keracunan Besi
1.
Pemupukan dengan Kalium
Pupuk
Kalium secara konsisten meningkatkan hasil padi dan mengatasi keracunan
besi. Sedangkan pupuk P tidak tanggap
mengatasi keracunan besi, walaupun P dapat meningkatkan hasil tanaman padi.
Jika
tanaman tanggap terhadap pupuk K, maka tanggapannya akan berkurang terhadap
pupuk P.
Aplikasi
pupuk K 30 HST (top dressing) atau diberikan 2 sampai 3 kali akan meningkatkan
hasil tanaman padi. Hal ini menunjukkan
bahwa efesiensi pemupukan K dapat ditingkatkan.
2.
Pemberian pupuk berimbang (NPK)
Jika
pupuk diberikan secara berimbang atau lengkap, maka akan meningkatkan hasil 2
kali lipat dibandingkan dengan hanya memberikan pupuk N dan P saja.
Hal
ini menunjukkan bahwa keseimbangan hara, terutama N dan K sangat diperlukan guna mengatasi munculnya gejala keracunan
besi.
Walaupun
demikian pemberian pupuk N yang tinggi akan merangsang munculnya keracunan
besi. Oleh karena itu, nutrisi K selalu
berhubungan dengan suplai dari N dan
efesiensi penggunaan N berhubungan erat dengan pupuk K.
3.
Varietas Padi yang Toleran
Varietas
Kapuas lebih toleran dari IR 64 terhadap keracunan besi. Penggunaan
varietas toleran merupakan suplemen dan salah satu alternative untuk mengatasi keracunan besi
terutama di tanah sulfat masam.
4.
Pengeringan Lahan dan Pemberian pupuk K
Gejala
keracunan besi tampak jelas ketika tanaman dalam fase pertumbuhan anakan aktif
dan saat bunting atau keluar malai. Oleh
karena itu, pada fase tersebut dapat diupayakan dengan cara pengeringan lahan
dan pemberian pupuk K
Minimal
pengeringan lahan dilakukan 2 kali (umur 30 dan 60 HST), hal ini dapat mencegah
keracunan besi yang sekaligus akan meningkatkan hasil padi.
5.
Penggunaan Bahan Organik
Pupuk
organic dari kotoran ayam lebih baik dari bahan organic lainnya. Walaupun demikian kotoran hewan lebih baik
dibandingkan dengan pupuk hijau atau sisa tanaman.
Kotoran
ayam mengandung P dan K yang lebih tinggi dibanding bahan organic lainnya.
Efesiensi
pemberian pupuk K meningkat dengan pemberian pupuk organic. Bahan organic akan menggantikan peranan pupuk
K pada tanah keracunan besi di lahan sawah.
Pemberian
bahan organic tanpa pupuk K hasilnya
lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian pupuk K tanpa bahan organic.
Bahan
organic akan memberikan daya pegang
tanah terhadap hara yang diberikan, terutama K yang mudah tercuci dan akan
merangsang pertumbuhan akar rambut serta meningkatkan kemampuan mekanisme
penolakan Fe.
Selain
itu, bahan organic mempercepat reduksi tanah dan meningkatkan populasi mikroba
pereduksi dan penumpukan Fe ++ (serapan Fe menjadi rendah).
Kesimpulan
:
1. Keracunan besi pada padi sawah karena
tingginya fungsi serapan Fe ++ yang dirangsang oleh kahat K dan cukup
tingginya kadar besi pada air tanah
2. Pemberian pupuk K yang tepat (jumlah
dan waktu) dapat mengatasi keracunan besi dan meningkatkan hasil padi
3. Pemberian pupuk K 100 – 150 kg K2O/ha
dapat meningkatkan hasil 2 kali lipat dibandingkan hanya memberikan N dan P
4. Pupuk P (135 kg P2O5/ha) tidak dapat
mengatasi keracunan besi, tetapi dapat meningkatkan hasil padi pada sawah
keracunan besi
5. Manipulasi pengeringan dan
penggenangan lahan sawah (drainase) dan penggunaan varietas toleran dapat
menekan keracunan besi dan meningkatkan hasil padi
6. Penggunaan bahan organic meningkatkan
hasil padi yang ditanam di lahan sawah keracunan besi dan dengan adanya bahan
organic, maka penggunaan pupuk K akan lebih efisien.
7. Bahan organic kotoran ayam lebih
efektif mengendalikan keracunan besi dibandingkan bahan organic lainnya
8.
Bahan organic kotoran hewan lebih baik dibandingkan pupuk hijau dan sisa
tanaman untuk mencegah keracunan besi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar