|
BUDIDAYA
PADI BERBASIS ORGANIK SRI
(System
of Rice intensification)
Oleh
: Sailan, SP, M.Si
KJF BP4K Kabupaten Bengkulu Tengah
dan Pembina P4S Cita Laksana Mandiri
Tanaman padi bukan tanaman air, tetapi tanaman yang memerlukan air dan
mampu hidup dalam kondisi tergenang air.
Dalam kondisi tergenang air
(anaerob) tanaman padi memerlukan energi yang besar untuk membentuk kantung
udara (jaringan aerenchym), pada kondisi ini 70 persen jaringan aerenchym
mengalami degradasi dan mati. Sedangkan pada kondisi lembab (aerob) jumlah sel
aerenchym produktif lebih banyak selama masa vegetatif (moist during vegetatif
fase), ini menunjukkan bahwa kebutuhan air dapat dihemat.
Pengaturan tata udara tanah
dalam kondisi tanah lembab secara bergantian dapat meningkatkan keanekaragaman
dan biota tanah untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi.
Bahan organik mudah didapatkan
disekitar tempat produksi dan rumah petani, ramah lingkungan, hasil produksi
lebih berkualitas dan harga jual produk lebih tinggi.
Semua keterangan tersebut akan dibahas dalam
Budidaya Padi Berbasis Organik SRI
Prinsip – prinsip metode SRI
Prinsip – prinsip metode SRI
adalah : Tanam bibit muda < 12 hari
setelah semai, bibit 1 (satu) batang per titik tanaman dan jarak tanam jarang,
pindah tanam sesegera mungkin ( < 30 menit) akar tidak putus dan terlipat,
pemberian air macak – macak maksimal 2 cm dan terputus – putus, penyiangan lebih
awal dan sesering mungkin dan dianjurkan untuk menggunakan pupuk organik.
Hasil
Penelitian tentang metode SRI di Indonesia dan produksi yang telah dicapai
Hasil penelitian Lembaga
Penelitian dan Pengembangan Pertanian di Sukamandi, Jawa Barat menunjukkan bahwa pada musim kemarau 1999 rata – rata
produksi 6,2 ton/ha dan musim penghujan rata – rata 8,2 ton/ha
Cara
Pengolahan Tanah Metode SRI
-
Tanah dibajak/dicangkul sedalam 25 – 30
cm sambil memasukkan pupuk organik
-
Tanah digemburkan
dengan garu sampai terbentuk struktur lumpur yang sempurna, lalu diratakan
dengan ketinggian air merata di atas petakan sawah
-
Lakukan inkubasi
lahan sawah selama 7 – 10 hari
Cara
Pemilihan Benih Bernas dalam
Metode SRI
-
Masukkan air 2 – 10
liter ke dalam ember plastik
-
Masukkan telur ayam/itik ke dalam ember
berisi air
-
Masukkan garam dapur perlahan – lahan
dan aduk hingga larut, bila telur sudah naik ke permukaan air, penambahan garam
dianggap cukup
-
Keluarkan telur
dari dalam ember dan masukkan benih padi ke dalam larutan bergaram perlahan –
lahan
-
Pisahkan benih yang
mengapung dengan yang tenggelam
-
Benih yang tenggelam dicuci dengan air
bersih.
Cara
Perendaman dan Penganginan Benih Padi dalam metode SRI
-
Rendam benih yang bermutu dalam air
selama 24 – 48 jam
-
Setelah direndam 24
– 48 jam benih diangkat dan ditiriskan (kering anginkan) selama 24 - 48 jam
Cara
Pembuatan Persemaian
- Dapat dilakukan di petakan sawah atau
menggunakan baki plastik atau kotak yang terbuat dari bambu agar mudah pada waktu
pemindahan, pencabutan dan penanaman
- Tempat persemaian dilapisi dengan daun pisang
yang sudah dilemaskan, 3 – 5 hari sebelum benih disemaikan berikan tanah yang
subur bercampur pupuk organik dengan perbandingan 1 : 1 dengan tinggi tanah
4 cm
- Taburkan
benih yang sudah dikering anginkan / tiriskan di atas tempat persemaian dengan
teliti lalu tutup dengan tanah yang subur atau campuran pupuk kandang dan kompos (usahakan setipis mungkin)
- Pada umur 5 hari setelah semai (HSS) bibit
sudah siap untuk di tanam dan usahakan bibit sudah ditanam semuanya dibawah
umur 15 HSS
- Kebutuhan benih 5 – 7 kg/ha dari hasil seleksi
benih bernas
Cara Penanaman
- Pola penanaman menggunakan Bujur Sangkar 30 x
30 cm sampai 50 x 50 cm
- Garis Petakan sawah dengan caplak
- Ambil bibit yang disemai beserta baki/
beseknya pada umur 5 – 15 HSS, lalu dibawa ke lahan yang akan ditanam
- Cabut bibit satu per satu dari pangkal
perakaran pelan – pelan, usahakan akar tidak
putus
- Setiap batang bibit yag telah dicabut
sesegera mungkin ditanamkan (kurang dari 30
menit) sudah ditanam di petakan sawah (satu bibit setiap lubang tanam)
- Pada waktu menanam letakkan akar pada salah
satu garis caplak, lalu ditutup tipis dengan tanah, posisi tanaman dan akar
seperti huruf L
Cara
Pemupukan
-
Ikuti rekomendasi
anjuran pemupukan local spesifik Penyuluh Pertanian setempat
-
Gunakan pupuk
organik minimal 2 ton/ha atau sesuai anjuran Petugas Pertanian
Cara
Penyiangan
-
Dapat dilakukan secara manual atau menggunakan
Rotary Weeder atau alat lain dengan tujuan untuk membasmi gulma dan
penggemburan tanah
-
Lakukan penyiangan sesering mungkin atau
setiap 2 (dua) minggu sekali atau disesuaikan dengan keadaan gulma yang
ada. Semakin sering penyiangan dilakukan
dapat meningkatkan produksi padi
Cara
Pemberian Air
-
Air diberikan secara terputus – putus
(intermitten) setiap 1 minggu sekali sampai tanaman padi umur 50 – 60 hari
setelah tanam (HST) dengan ketinggian air maksimal 2 cm, paling baik tanah
dalam keadaan macak – macak dengan ketinggian air 0,5 cm
-
Pada umur 50 – 60 HST masukkan air
setinggi 5 -10 cm selama 4 hari untuk menekan pertumbuhan anakan yang tidak
produktif, setelah itu lakukan pengeringan total sampai padi di panen.
Cara
Pengendalian Hama dan Penyakit
- Gunakan konsep pengendalian hama dan penyakit
terpadu, benih yang sehat dan resisten terhadap hama dan penyakit dan tanam
serempak
- Hama
Belalang, walang Sangit dan Kiong Mas dibuatkan perangkap sedangkan Wereng
dikendalikan dengan penaburan abu gosok
- Ingat !
Penggunaan pestisida hanya dapat dilakukan apabila hama dan penyakit
belum dapat diatasi dengan cara lain.
Waktu
Panen Padi
-
Bila semua bulir
sudah menguning atau gabah sudah masak dengan indikasi bila digigit tidak
berair
-
Waktu panen SRI
lebih cepat disbanding dengan system konvensional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar