|
PENGENDALIAN PENYAKIT BLAS
PADA PADI GOGO
Oleh : Sailan, SP, M.Si
KJF BP4K Kabupaten Bengkulu Tengah
Penyakit
Blas disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzae Cav.
Merupakan penyakit penting pada
tanaman padi, penyebarannya sangat luas, dan dapat mengancam produksi padi.
Penyakit
Blas pada tanaman padi gogo merupakan
penyakit utama karena sering kali merusak.
Berdasarkan fase pertumbuhan tanaman yang dirusaknya, penyakit blas dibedakan atas blas daun (leaf blast) dan blas leher (node blast).
Blas leher lebih
merusak dan merugikan dibanding blas
daun, karena menyebabkan gabah menjadi hampa.
Penyakit
blas dipengaruhi oleh tanaman inang
dan lingkungan, oleh karena itu pada tempat dan iklim yang berbeda tingkat
serangan Pyricularia oryzae juga tidak sama. Suhu di daerah tropis mendekati kondisi
optimum dan suhu rendah malam hari yang mengakibatkan lamanya embun berada di
permukaan daun mendorong perkembangan blas.
Ketahanan
varietas padi gogo pada umumnya tidak stabil terhadap blas, karena jamur Pyricularia
oryzae mempunyai banyak ras
patogenik. Keberadaan ras-ras itu
dipengaruhi oleh tempat, iklim, dan varietas padi yang ditanam.
Pada
tempat yang sama dengan musim yang berbeda akan muncul ras yang berbeda pula,
begitu juga halnya pada musim yang sama tetapi tempat yang berbeda. Walaupun demikian ras tertentu cenderung ada
dari musim ke musim.
Lama Ketahanan Varietas
dan pemupukan Nitrogen terhadap Pyricularia oryzae
Akibat
perubahan ras Pyricularia oryzae yang
sangat cepat, maka ketahanan varietas dapat dipatahkan dalam 2 atau 3 tahun
setelah dilepas, karena jamur Pyricularia
oryzae banyak ras dengan jenis dan
jumlahnya bervariasi menurut musim dan lokasi.
Pemupukan
Nitrogen dengan takaran tinggi dan jarak tanam rapat mendorong perkembangan
penyakit blas, karena meningkatnya
kelembaban iklim sekitar tanaman.
Pemberian
pupuk Nitrogen yang berbeda takaran dan jenisnya umumnya mengakibatkan
perbedaan serangan blas, oleh karena
itu untuk menekan perkembangan blas
dianjurkan dengan pemupukan berimbang dengan pemberian hara Silikat dan Kalium.
Pengaruh
Perbedaan Agroklimat antar Wilayah dan Kerentanan Padi Gogo terhadap Blas
Perbedaan
agroklimat antar wilayah memerlukan pengelolaan yang berbeda pula, lembabnya
udara dan banyaknya embun pada stadia berbunga pada pagi, siang, dan malam hari
memberikan peluang perkembangan blas
leher (malai). Oleh karena itu perlu
adanya pengaturan masa tanam untuk mengendalikan penyakit blas.
Tingkat
kerentanan padi gogo meningkat bila keadaan fisik tanah tidak baik, daun dalam
keadaan lembab dalam waktu lama, dan penyerapan unsur hara yang berhubungan
dengan kekeringan atau keasaman tanah yang tidak seimbang.
Umumnya
lahan padi gogo miskin unsur hara dan kadang-kadang jenuh hara mikro tertentu,
bereaksi masam, dan kering, karena kekurangan atau kelebihan hara tertentu akan
mengakibatkan datangnya penyakit blas.
Gejala Serangan
Penyakit Blas Daun (leaf blast)
1. Pada daun
terdapat becak coklat berbentuk belah ketupat dan memanjang searah dengan urat
daun
2. Pinggir
becak berwarna coklat dengan bagian tengah berwarna putih keabuan
3.
Becak-becak terutama terlihat pada stadium pertumbuhan vegetative
4.
Becak-becak dapat bergabung menjadi satu, sehingga secara keseluruhan tampak
tanaman seperti terbakar
Gejala Serangan
Penyakit Blas Leher (node blast)
1.
Serangan terjadi pada tanaman yang telah keluar malainya
2. Buku-buku yang
terserang berwarna cokelat kehitaman dan busuk, sehingga mudah patah bila
terhembus angin
3. Malai
menjadi mengkerut, butir tidak terisi penuh, dan kadang-kadang menjadi hampa
Pengendalian
Penyakit Blas
Keberhasilan
pengendalian penyakit blas dipengaruhi
oleh kemampuan pengaturan lingkungan, terutama iklim mikro tanaman,
keseimbangan penyerapan unsur hara dan tingkat kesuburan tanah.
Kondisi
lingkungan berpengaruh terhadap laju perubahan ras pathogen blas, diantaranya varietas tahan, musim tanam yang tepat,
pemakaian pupuk seimbang, dan penggunaan fungisida secara tepat.
1. Penggunaan
Varietas Tahan
Penanaman
varietas tahan merupakan cara pengendalian yang terbaik, diharapkan varietas
mempunyai ketahanan yang stabil .
Ketahanan stabil adalah ketahanan yang tidak berubah (konsisten) pada
tempat dan waktu penanaman yang berbeda atau tahan terhadap Pyricularia
Oryzae
2. Waktu Tanam
Perbedaan
agroklimat antar lokasi/wilayah dalam skala besar atau kecil memerlukan
pengelolaan yang berbeda dalam menghadapi serangan blas.
Oleh
karena itu, penanaman padi gogo dianjurkan pada awal musim penghujan (saat
hujan telah turun 2 – 3 hari dengan curah hujan 21 mm/minggu dan tanah tidak
mengalami kekeringan selama periode minggu pertama) untuk menghindari agar saat
keluar malai atau awal berbunga tidak banyak embun.
Bila
curah hujan kurang, konsentrasi spora Pyricularia Oryzae
di udara tinggi dan perkembangan blas
akan meningkat. Penanaman lebih awal
pada musim hujan dapat menekan serangan blas
daun, namun pada malai cenderung tinggi.
Penanaman
pada awal musim hujan perlu dibantu dengan penyemprotan fungisida untuk menekan
blas leher, terutama pada saat keluar
malai dan awal berbunga.
3. Jarak Tanam
Umumnya
penanaman padi gogo menggunakan tugal dan jumlah benih yang digunakan lebih
banyak. Oleh karena itu, tingkat
populasi tanaman mempunyai arti penting yang berhubungan dengan produksi dan
perkembangan penyakit blas.
Jarak
tanam rapat dan jumlah benih yang banyak menciptakan iklim mikro yang optimum
untuk perkembangan penyakit blas. Jarak tanam 40 x 10 cm secara tugal atau 40
cm x larikan dapat menekan perkembangan blas.
4. Pemupukan
Pengaruh
pemupukan terhadap penyakit blas tergantung
pada kesuburan tanah, jenis dan takaran pupuk, serta varietas yang ditanam. Varietas yang rentan dengan peningkatan
takaran pupuk Nitrogen menyebabkan tanaman mudah terserang blas, karena menurunkan kadar Kalium dalam jaringan tanaman.
Untuk
tanah PMK dianjurkan menggunakan pupuk 60 – 90 kg N, 90 kg P2O5, 60 kg KCl per hektar. Pemberian Nitrogen lebih rendah dapat
dilakukan terhadap varietas kurang tahan blas.
Untuk
varietas Lokal, pemupukan optimal dianjurkan 45 kg N, 45 kg P2O5, 30 kg KCl per
hektar. Pemberian abu sekam yang
mengandung Silikat 300 kg/ha dapat menurunkan kerusakan blas dari 90 % menjadi 48 %.
5. Penggunaan
Fungisida
Hampir 30 – 40 % penyakit blas pada padi ditularkan melalui benih, sehingga pada stadium awal
vegetative tanaman padi dapat terserang blas. Oleh karena itu, perlakuan benih (seed treatment)
dengan fungisida sistemik seperti Pyroquilone
50 WP sebanayak 8 g/kg benih sangat
diperlukan. Untuk blas leher diperlukan penyemprotan dengan fungisida Tricyclazole pada saat bunting dan
berbunga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar